Curhat Spa Malam: Kenapa aku butuh ini?
Gara-gara ngantor seharian, wajah saya kadang kayak peta. Bukan peta yang keren — lebih ke peta penuh coretan. Jadi ketika teman ngajak ke salon buat facial dan semacamnya, saya iyain dengan senyum lebar. Bukan karena saya kaya. Tapi karena saya sadar: kadang jiwa butuh treatment sama kulit juga butuh perhatian ekstra.
Pengalaman pertama di salon profesional (singkat tapi jujur)
Pertama kali saya booking salon profesional yang terkenal rapi dan wangi. Begitu sampai, suasana tenang, lampu remang, musik lembut yang nggak bikin ngantuk — pas. Terapisnya ramah dan paham betul soal tipe kulit; setelah konsultasi singkat, mereka mulai dengan double cleanse, steam, dan extraction (iya, itu proses yang bikin sedikit ngeri tapi lega setelahnya).
Proses facial berlangsung sekitar 60–90 menit. Ada tahapan serum, mask, pijat wajah, dan terakhir sunscreen. Efeknya? Kulit terasa lebih lembap, pori-pori lebih tenang, dan mood saya naik. Ada aura glowing tapi bukan glitter yang lebay. Profesionalnya juga kasih rekomendasi produk untuk perawatan di rumah. Nilai plus: mereka memakai alat steril dan sangat menjaga kebersihan.
Produk skincare mewah: worth it atau cuma buat show?
Oke, mari kita ngomong soal yang sering bikin dompet deg-degan: produk skincare mewah. Saya paham, ada perbedaan nyata antara serum Rp50ribu dan Rp1.5jt, tapi perbedaan itu nggak selalu dramatis. Produk mewah biasanya punya tekstur yang lebih nyaman, fragrance yang enak (atau bebas fragrance kalau kamu sensitif), dan kadang konsentrasi bahan aktif yang lebih stabil.
Contoh favorit saya: essence yang ringan, dipadu dengan serum hyaluronic acid dan night cream yang kaya. Malam hari, kulit tuh lagi “bekerja” memperbaiki diri, jadi kalau dikasih nutrisi yang oke, result-nya kelihatan. Tapi ingat: bukan berarti semua mewah itu wajib. Kalau kamu cocok dengan rangkaian drugstore, ya teruskan. Intinya: pilih yang cocok dengan kulit, bukan label.
Tip santai memilih salon dan produk
Nah, beberapa hal simpel yang saya lakukan sebelum ambil keputusan:
– Cek review salon (baca komentar, jangan cuma lihat foto before-after yang bisa diedit).
– Tanyakan list produk yang dipakai di salon. Kalau mereka pakai brand yang kamu kenal, itu jadi nilai tambah.
– Minta tester atau trial produk sebelum beli full size. Kadang suka nggak cocok, kan sayang uang.
– Kalau mau coba produk mewah, mulailah dari satu item: misal serum, bukan langsung full routine.
Nyeleneh: Spa malam itu ritual, bukan lomba
Saya pernah lihat influencer yang setiap hari spa, facial, dan maskeran, lalu bilang “kulit flawless dalam 3 hari!” Hayo, realistis dong. Kulit itu ibarat tanaman hias: butuh waktu, konsistensi, dan kadang lupa disiram juga masih hidup—tapi nggak akan mekar sempurna dalam 48 jam.
Jadi kalau kamu merasa minder karena temanmu pakai skincare brand mahal, ingat: glowing bukan kompetisi. Malam hari di spa itu untuk rileks, menikmati pijatan kepala, dan mungkin ketiduran sebentar (iya saya sering begitu). Bangun-bangun kulit lebih enak, hati pun lega. Win-win.
Rekomendasi akhir: campuran professional dan homecare
Tips terakhir dari saya: kombinasikan perawatan salon profesional dengan homecare yang konsisten. Datang ke salon sebulan sekali atau dua bulan sekali untuk deep treatment, lalu rawat harian dengan produk yang cocok. Kalau kamu pengin mencoba spa dengan sentuhan Eropa — atau sekadar penasaran dengan rangkaian produk premium — cobain dengarkan rekomendasi dan baca juga penjelasan brandnya. Salah satu tempat yang sering jadi rujukan untuk treatment dan produk mewah adalah lamaisondellabellezza, kalau pengin tahu lebih lanjut.
Intinya: manjain diri itu bukan dosa. Selama kamu tau tujuan perawatan (sehat, bukan sekadar pamer), dan budgetnya masuk akal, enjoy saja. Sambil minum kopi. Santai. Kulit sehat, hati pun tenang. Sampai jumpa di curhat spa berikutnya!