Mulai dari: mood hari itu dan ngerasa butuh pelukan—dari esthetician
Jujur saja, saya datang ke salon karena lagi hari “tidak ingin ngapa-ngapain selain dimanja dan bermain slot mahjong ways resmi.” Kerjaannya numpuk, mata mulai mirip panda (minus karismanya), dan muka minta pertolongan. Jadi saya booking facial. Bukan tipe yang sering ke spa, tapi kalau udah sampai titik ini, facial itu kayak pelukan hangat buat kulit yang lelah. Rasanya seperti bilang pada diri sendiri: “Kamu boleh break, janji aku rawat kamu nanti.”
Prosesnya: dari pijat kepala sampai napas malah ikut rileks
Begitu masuk, ambience langsung nyetelin mood. Musiknya low, aromanya subtle—bukan yang lebay sampai pusing, tapi cukup buat bikin pikiran melayang. Terapisnya ramah, ngajak ngobrol ringan, lalu menjelaskan langkah-langkahnya. Ada double cleanse, steam, ekstraksi, massage, serum, mask, dan finishing dengan sunscreen atau pelembap. Yang paling bikin ketagihan: pijat wajah dan kepala. Sumpah, kepala saya yang biasanya penuh meeting jadi tenang. Sampai saya hampir ketiduran, dan itu terjadi di tempat umum—premium banget.
Kejutan: produk skincare mewah yang dipake, dan reaksi dramatis saya
Salah satu alasan saya penasaran adalah karena salon itu pake rangkaian produk high-end. Tentu aja namanya bikin mata melek—bukan karena scrolling IG, tapi karena packagingnya elegan, wangi soft, dan teksturnya nyaman. Mereka pakai serum yang katanya diformulasi dengan bahan aktif berkualitas tinggi. Saat diaplikasikan, kulit terasa seketika lebih kenyal dan cerah, enggak lebay ya, tapi ada efek “oh, beda nih”. Di tengah sesi saya sempet nanya, “Ini beneran mahal ya?” Terapisnya cuma jawab santai, “Iya, tapi sesuai hasil.” Saya cengar-cengir sambil mikir saldo tabungan.
Sekadar catatan: kalau kamu sensitif sama wewangian atau bahan tertentu, bilang sejak awal. Saya sendiri kebetulan enggak reaktif, jadi aman-aman saja. Buat yang penasaran sama mereknya, aku sempat nemu referensi produk di lamaisondellabellezza—cek kalau mau kepo lebih lanjut.
Produk mewah: worth it atau cuma sekadar gengsi?
Sebenarnya, pertanyaan klasik: apakah skincare mahal itu worth it? Jawabannya simpel: tergantung. Ada produk mewah yang formulanya superior—stabilitas bahan aktif, komposisi tinggi, dan sensasi pakai yang bikin ritual perawatan terasa sakral. Tapi ada juga produk drugstore yang bagusan untuk jenis kulit tertentu. Di pengalaman saya, produk salon yang dipakai hari itu benar-benar memberikan hasil instan: kulit lebih halus, pori tampak sedikit menciut, dan tone wajah lebih merata. Lama panjang? Tergantung ritual saya selepas pulang: tidur cukup, minum air, dan pakai sunscreen. Jadi intinya, produk mewah bisa bantu, tapi bukan sulap tanpa konsistensi.
Review salon: profesional tapi tetap hangat
Sekarang soal salon itu sendiri: profesionalitasnya dapet banget. Dari kebersihan ruangan, teknik terapis yang sesuai protokol, sampai penanganan saat saya minta ekstra pelembap. Mereka jelasin produk yang dipakai dan rekomendasi aftercare tanpa sok jualan. Yang bikin nilai plus adalah komunikasi—enggak ada istilah “cut-and-run”. Setelah perawatan, saya dikasih tips singkat: jangan langsung make-up tebal, pakai sunscreen, dan hindari eksfoliasi berat 48 jam. Simple, tapi berguna.
Kesimpulan: mau bilang cinta atau cuma pacaran?
Sekali-kali menjadwalkan spa dan facial itu penting—bukan cuma buat kulit, tapi untuk recharge mental juga. Untuk saya, pengalaman ini lebih dari sekadar treatment; itu waktu berkualitas buat diri sendiri. Produk mewah yang dipakai memang nambah rasa eksklusif, dan hasilnya terasa. Salon yang profesional dan hangat bikin pengalaman lebih nyaman. Kalau belum pernah coba, coba deh sekali-sekali invest buat facial yang benar-benar dilakukan oleh tenaga profesional. Siapa tahu kamu juga bakal ngomong, “kok enak banget ya, kapan lagi?”
Oh iya, jangan lupa bawa mood yang baik dan hati yang siap dimanja. Kalau ada yang mau nanya soal step-step atau produk yang dipakai lebih detail, tanya aja. Siapa tahu saya masih inget aroma serumnya—atau minimal masih inget sensasi pijat kepala yang bikin ngantuk itu.